Senin, 07 September 2009

jurnal global warning

I. Pengantar.
Pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim (climate change) belum menjadi mengedepankan dalam kesadaran multipihak. Pemanasan global (global warming) telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya hidup konsumtif).
Tidak banyak memang yang memahami dan peduli pada isu perubahan iklim. Sebab banyak yang mengatakan, memang dampak lingkungan itu biasanya terjadi secara akumulatif. Pada titik inilah masalah lingkungan sering dianggap tidak penting oleh banyak kalangan, utamanya penerima mandat kekuasaan dalam membuat kebijakan.
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan.
Untuk negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang tahun ini tercatat pada rekor dunia ”Guinnes Record Of Book” sebagai negara tercepat
yang rusak hutannya.
Menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC). Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB. Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di Himalaya dan Kutub Selatan.
Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin makin hari makin panas saja. Contohnya di Jawa Timur
bisa kita rasakan adalah Kota Malang, Kota Batu, Kawasan Prigen Pasuruan di Lereng Gunung Welirang dan sekitarnya, juga kawasan kaki Gunung Semeru. Atau kota-kota lain seperti Bogor Jawa Barat, Ruteng Nusa Tenggara, adalah daerah yang dulunya dikenal dingin tetapi sekarang tidak lagi.
Meningkatnya suhu ini, ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan; seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu ditangani dan kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Selain itu, ratusan desa di pesisir Jatim terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, indikatornya serasa makin dekat saja jika kita tengok naiknya gelombang pasang di minggu ketiga bulan Mei 2007 kemarin. Mulai dari Pantai Kenjeran, Pantai Popoh Tulungagung, Ngeliyep Malang dan pantai lain di pulau-pulau di Indonesia.
Untuk negara-negara lain meningkatnya permukaan air laut bisa dilihat dengan makin tingginya ombak di pantai-pantai Asia dan Afrika. Apalagi hal itu di tambah dengan melelehnya gleser di gunung Himalaya Tibet dan di kutub utara. Di sinyalir oleh IPCC hal ini berkontribusi langsung meningkatkan permukaan air laut setinggi 4-6 meter. Dan jika benar-benar meleleh semuanya maka akan meningkatkan permukaan air laut setinggi 7 meter pada tahun 2012. Dan pada 30 tahun kedepan tentu ini bisa mengancam kehidupan pesisir dan kelangkaan pangan yang luar biasa, akibat berubahnya iklim yang sudah bisa kita rasakan sekarang dengan musim hujan yang makin pendek sementara kemarau semakin panjang. Hingga gagal panen selain soal hama, tetapi akibat kekuarangan air di tanaman para ibu-bapak petani banyak yang gagal.
Lantas dengan situasi sedemikian rupa apa yang dibutuhkan oleh dunia kecil “lokal” dan kita sebagai individu penghuni planet bumi? Yang dibutuhkan adalah REVOLUSI GAYA HIDUP, sebab dengan demikian akan mengurangi penggunaan energi baik listrik, bahan bakar, air yang memang menjadi sumber utama makin berkurangnya sumber kehidupan.
Selain itu perlunya melahirkan konsesus yang membawa komitmen dari semua negara untuk menegakkan keadilan iklim. Seperti yang sudah dilakukan oleh Australia yang mempunyai instrumen keadilan iklim, melalui penegakan keadilan iklim dengan membentuk pengadilan iklim. Dimana sebuah instrumen yang mengacu pada isi Protokol Kyoto yang menekankan kewajiban pada negara-negara Utara untuk membayar dari hasil pembuangan emisi karbon mereka untuk perbaikan mutu lingkungan hidup bagi negara-negara Selatan.
Dalam praktek yang lain saatnya kita mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya untuk kebutuhan memasak. Menggunakan energi biogas (gas dari kotoran ternak) seperti yang dilakukan komunitas merah putih di Kota Batu. Desentraliasasi energi memang harus dilakukan agar menghantarkan kita pada kedaulatan energi dan melepas ketergantungan pada sentralisasi energi yang pada akhirnya harganya pun makin mahal saja.
Sedangkan untuk para pengambil kebijakan harusnya mengeluarkan policy yang jelas orientasinya untuk mengurangi pemanasan global. Misalnya menetapkan jeda tebang hutan di seluruh Indonesia agar tidak mengalami kepunahan dan wilayah kita makin panas. Menghentikan pertambangan mineral dan batubara seperti di Papua, Kalimantan, Sulawesi, hal ini bisa dilakukan dengan bertahap mulai dari meninjau ulang kontrak karyanya terlebih dahulu. Selanjutnya kebijakan progressive dengan mempraktekkan secara nyata jeda tebang dan kedaulatan energi harus dilakukan jika kita tidak mau menjadi kontributor utama pemanasan global.
Iklim memang mengisi ruang hidup kita baik secara individu maupun sosial, maka tidak mungkin menegakkan keadilan iklim tanpa melibatkan kesadaran dan komitmen semua pihak. Bahwa tidak bisa dibantah, kita hidup dalam ekosistem dunia “perahu” yang sama, sehingga jika ada bagian yang bocor dan tidak seimbang, sebenarya ini merupakan ancaman bagi seluruh isi perahu dan penumpangnya. Maka merevolusi gaya hidup kita untuk tidak makin konsumtif sangat mendasar dilakukan sekarang juga oleh seluruh umat manusia. Sebab dengan begitu kita bisa menempatkan apa yang kita butuhkan bisa ditunda tidak, yang harus kita beli membawa manfaat atau tidak dan apakah yang kita beli bisa digantikan oleh barang yang lain yang ramah lingkungan?
Ini semua adalah cerminan bagi mereka yang berusaha dan sadar sepenuh hati demi keberlanjutan kehidupan sosial (sustainable society) yang berkeadilan secara sosial, budaya, ekologis dan ekonomi. Inilah tindakan nyata untuk meraih kedaulatan energi dan melepaskan ketergantungan terhadap energi fosil yang sekarang telah dikuasai oleh korporasi modal. Sekarang siapapun bisa memilih, mau jadi kontributor pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan suhu yang makin panas? Atau mau menjadi bagian dari pelaku ”penyejukan global” dengan mengubah pola konsumsi dan gaya hidup dari sekarang juga?











Laporan Greenpeace mengungkapkan Biaya ketergantungan Indonesia terhadap Batubara yang sebenarnya
Laporan Biaya Batubara SebenarnyaJakarta,

Indonesia — Greenpeace pagi ini meluncurkan laporannya yang berjudul “Biaya Batubara yang Sebenarnya” (1) pada sebuah jumpa pers di Jakarta yang digelar bersama dengan koalisi Anti-Batubara. Koalisi Anti-Batubara terdiri dari beberapa organisasi termasuk KAM Cilacap, JATAM, Walhi, Sekolah Demokrasi Ekonomi dan Greenpeace telah memulai sebuah kampanye menentang pembangunan baru atau perluasan pembangkit listrik bertenaga batubara di Indonesia. Laporan utama ini menjelaskan secara rinci biaya-biaya eksternal yang ditanggung oleh masyarakat sekitar dan iklim global akibat ketergantungan bahanbakar yang paling kotor dan paling menyebabkan polusi. Batubara adalah sebab dominan emisi karbondioksida (CO2). Batubara mungkin adalah bahanbakar murah di pasaran, tetapi hanya karena sebagian besar biaya penggunaannya di-eksternalisasi. "Biaya-biaya eksternal" ini termasuk penyakit pernafasan, kecelakaan-kecelakaan tambang, hujan asam, polusi asap, penurunan panen pada pertanian dan perubahan iklim. Rencana energi nasional pemerintah Indonesia yang salah arah untuk menambah sekitar 10.000 MW listrik dari tenaga batubara untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia adalah bertentangan dengan segala usaha menyelamatkan lingkungan kita dan menghentikan perubahan iklim. Menanggapi rencana Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral untuk membangun 35 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bertenaga batubara dalam dua tahun mendatang, Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk memilih energi bersih dan terbarukan dan bukan tenaga batubara yang kotor. "Indonesia mungkin saja mempunyai sumberdaya batubara yang melimpah tapi pada saat yang sama juga memiliki sumberdaya panas bumi, angin dan surya (2) yang belum dimanfaatkan, yang lebih cocok dengan kebutuhan negarakepulauan dibanding dengan sistem pembangkitan bahanbakar fosil yang kotor dan terpusat. Tapi pengembangan potensi energi terbarukan di negri ini dikalahkan dengan industri batubara yang menguasai kementrian energi kita," kata Arif Fiyanto, juru kampanye Iklim, Greenpeace Asia Tenggara. PLTU Indonesia sudah mengakibatkan dampak buruk pada kesehatan dan penghidupan masyarakat sekitarnya. Pada bulan Februari, Greenpeace bersama masyarakat terdampak di Cilacap, Jawa Tengah, mengkaji dampak PLTU terhadap kesehatan dan lingkungan. Sekitar 90% dari masyarakat menderita masalah permafasan dan nelayan setempat melaporkan penurunan tangkapan. "Indonesia telah teridentifikasi dalam laporan-laporan terakhir sebagai salah satu negara yang beresiko paling menderita akibat perubahan iklim, dengan Jakarta sebagai kota paling rentan di Asia Tenggara. Batubara berdampak terhadap kesehatan manusia, merampas penghidupan dan menyebabkan perubahan iklim. Indonesia membutuhkan revolusi energi sekarang!" kata Galih Aji Prasongko, dari Solar Generation Indonesia, Greenpeace.
Komentar/ tanggapan saya:
Menurut saya apa yang dilaporkan greenpeace sangat masuk akal. Ketidakseriusan pemerintah dalam mengatasi krisis listrik malahan mengorbankan lingkungan sebagai dampaknya. Kedepan diharapkan pemerintah juga menaruh perhatian kepada sektor pengusaha batubaa agar amdal dari pengeboran batubara tersebut tidak menggangu lingkungan sekitarnya.




Sinar Mas - ‘Forest and Climate Criminal’
March 19, 2009

Aktivis Greenpeace membentangkan spanduk besar 20 x 10 meter di Gedung Sinar Mas pada 19 Maret 2009. Aktivis Greenpeace mengunci diri di depan kantor pusat Sinar Mas untuk menghentikan kegiatan mereka sampai mereka berkomitmen untuk menghentikan kegiatan penghancuran hutan terakhir di Indonesia.
Jakarta, Indonesia — Para aktivis Greenpeace dipukul dan ditendang secara kasar pagi ini saat melakukan aksi damai di kantor pusat perusahaan kelapa sawit terbesar Indonesia, Sinar Mas Group. Greenpeace menuntut penghentian terus berlangsungya pengrusakan hutan Indonesia yang tersisa, oleh perusahaan ini.
Dua puluh lima aktivis Greenpeace merantai diri mereka menutupi jalan masuk ke gedung tersebut, sementara para pemanjat memasang spanduk raksasa berukuran 20m x 10m banner untuk melabe Sinar Mas sebagai ‘Penjahat Hutan dan Iklim’. Polisi kemudian tiba di lokasi dan memindah secara paksa para aktivis keluar gedung Sinar Mas.

Greenpeace telah memonitor operasi Sinar Mas di Riau, Kalimantan Barat dan Papua selama beberapa tahun terakhir dan baru-baru ini mendapatkan bukti baru pengrusakan yang terus dilakukan oleh Sinar Mas Group di wilayah ini. Sinar Mas juga bersiap untuk melakukan ekspansi besar-besaran karena mereka menguasai wilayah hak konsesi yang belum ditanami seluas 200,000 hektar berupa hutan dan rencana untuk mendapatkan konsesi seluas 1,1 juta hektar lagi, sebagian besar di Papua. Selanjutnya, organisasi hak azasi manusia telah menyatakan keprihatinannya akan tekanan yang dilakukan terhadap masyarakat yang melakukan protes terhadap APP (milik Sinar Mas) di Suluk Bongkal, Riau di akhir tahun lalu.

“Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah mengatakan pada dunia internasional bahwa dia akan mengurangi emisi gas rumahkaca Indonesia, tetapi Sinar Mas terus melakukan pengrusakan hutan tanpa dihentikan. Jika SBY serius mengenai menjadikan Indonesia sebagai pemimpin global dalam mengatasi krisis iklim, dia harus mengambil tindakan segera untuk menghentikan perusahaan ini menghancurkan asset Indonesia yang terbesar – hutan dan lahan gambut yang kaya dengan karbon,” kata Bustar.

Greenpeace menyerukan penghentian semua ekspansi hutan dan lahan gambut oleh Sinar Mas dan perusahaan lain. Selanjutnya, Greenpeace juga menyerukan pemerintah Indonesia untuk segera menerapkan moratorium terhadap segala bentuk konversi hutan. Hal ini tidak hanya membantu memangkas emisi gas rumahkaca Indonesia, tetapi juga akan menjaga kekayaan keanekaragaman tropis dan melindungi penghidupan masyarakat yang bergantung pada hutan di seluruh Indonesia.

Pemerintah perlu mengambil tindakan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari dampak perubahan iklim dengan mengurangi emisi sebanyak 75% pada tahun 2012 dan mendorong negara-negara industri untuk membiayai pengurangan deforestasi dan juga mengurangi emisi mereka sendiri secara dramatis.
Komentar saya:
Apa yang dilakuakan sinar mas menurut saya adalah salah santu contoh potret buruk yang dipertontonkan para pengusaha –pengusaha besar yang tidak memikirkan kepentingan rakyat banyak apalagi yang paling terkena imbas biasanya rakyat kecil. Pemerintah harus tegas mengusut masalah ini sehingga ke depan para pengusah kayu kapok untuk melakukan pembalakan liar.









KTT Perubahan Iklim Habiskan 30 juta Liter Air
Detik.com kamis 24 desember 2008
Bali- Provinsi Bali yang kerap menjadi tuan rumah bagi konferensi internasional, tidak hanya membawa dampak yang baik bagi citra pariwisata Bali namun juga berdampak negatif bagi supply-demand sumber daya alam Bali.

Hal ini terungkap pada Lokakarya dan Diskusi ”Pasca Konferensi PBB Tentang Perubahan Iklim dan Tindak lanjut Kampanye Nyepi Untuk Dunia” yang dilaksanakan oleh Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim hari ini (19/02/2008).

”Ternyata hasil dari konferensi yang berupa Bali Action Plan masih merupakan rekomendasi dan memerlukan pembahasan jangka panjang, tidaklah sebanding dengan biaya ekonomi yang telah dikeluarkan dan biaya lingkungan yang harus ditanggung oleh Bali selaku tuan rumah”, ungkap Hira Jhamtani selaku wakil Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim.
”Jika menggunakan asumsi yang paling minim, yakni peserta berjumlah 3.000 orang saja maka air yang dibutuhkan 30 juta liter selama 10 hari konferensi. Pertanyaannya, jatah air petani atau masyarakat kecil mana yang diambil untuk memasok kebutuhan peserta konferensi?” dia menambahkan.
Aktivis yang juga aktif dalam lobi-lobi internasional ini justru mengajak peserta lokakarya yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, seperti rohaniawan, pemerintah, LSM, pemuda mahasiswa dan akademisi ini, untuk mengalihkan perhatian kepada hal yang lebih penting yakni mengantisipasi dampak perubahan iklim pada lokal Bali sendiri.
Tanpa harus menunggu Bali Action Plan selesai dibuat yang sudah pasti akan memakan waktu yang panjang, pemerintah Bali seharusnya mulai menyusun rencana aksi daerah untuk menyiapkan langkah adaptasi dan mitigasi bagi Bali yang merupakan pulau rentan.Dalam kesempatan lokakarya ini, kolaborasi yang diwakili oleh kesekretariatan, Kadek Lisa juga memaparkan laporan kegiatan dan laporan keuangannya kepada peserta sebagai bentuk pertanggungjawaban publik dari KBCC yang telah membawa pesan masyarakat Bali.
”Kami mempunyai tanggung jawab moral kepada masyarakat Bali untuk menyampaikan hal yang telah kami lakukan dalam membawa Nyepi yang merupakan hak kolektif dari masyarakat Bali. Untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas, kami juga mengundang pihak yang berkeinginan untuk mendapatkan laporan Kolaborasi secara lengkap, dapat menghubungi sekretariat” ungkap Ni Nyoman Sri Widhiyanti, Direktur Eksekutif WALHI Bali.
”Lewat kegiatan ini kami meminta masukan dari masyarakat Bali mengenai bagaimana kira-kira tindakan yang efektif untuk melanjutkan kampanye World Silent Day ini ke dunia internasional.” Tambahnya
Komentar : Menurut saya selayaknya para elite pejabat-pejabat dunia seharusnya memberi contoh kepada masyarakat tentang kampanye hidup sehat , bukanya malahan melakukan pemborosan yang tidak perlu. Maka wajar bila masyarakatnya bersikap apatis karena tidak adanya keteladanan dari para elite pejabat.

Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan
Kamis, 31 Juli 2008 - by : admin

Perubahan iklim berdampak langsung dan tidak langsung pada kesehatan manusia. Imbasnya tergantung pada kawasan dan struktur ekonomi sosial masyarakat dunia.
Tepat lima tahun lalu, yaitu tahun 2003, kawasan Eropa mengalami musim panas yang sangat ekstrem. Antara bulan Mei sampai Augustus, suhu udara berulang kali mencapai rekor 40 derajat Celcius lebih. Di sebagian kota besar Eropa, aspal trotoar sampai mencair. Permukaan air danau dan sungai turun drastis. Karena kelangkaan air, sejumlah negara melarang warganya menyiram taman atau mencuci mobil.
Setiap hari, media melaporkan kasus kematian karena cuaca yang terlalu panas. Di Jerman saja, 7.000 orang diduga tewas karena fenomena cuaca ini. Profesor Gerd Jendritzky, pakar cuaca yang meneliti dampak perubahan iklim pada kesehatan manusia memaparkan: “Ini membuktikan bahwa suhu udara berkaitan langsung dengan kesehatan manusia. Angka kematian hanya mendata sebagian korban fenomena alam ini. Ribuan lainnya menderita karena suhu yang panas, banyak yang masuk UGD dan harus dirawat di rumah sakit. Warga usia lanjut perlu perawatan khusus dan obat-obatan. Orang-orang yang sehat pun kewalahan dan kinerjanya menurun.
“Di seluruh Eropa, jumlah korban tewas akibat cuaca di musim panas 2003 adalah 55.000 orang. Sebagian besar di antaranya warga usia lanjut. Mereka mengalami stroke atau gangguan pada pernafasan. Di kota-kota besar, suhu tinggi menyebabkan udara panas terperangkap dan mengikat zat-zat beracun. Tingkat polusi udara pun naik jauh di atas rata-rata. Skenario ini menunjukkan apa yang akan terjadi dalam 50 sampai seratus tahun ke depan bila dampak perubahan iklim tak dapat diredam, kata Profesor Gerd Jendritzky.
“Musim panas tahun itu adalah yang terpanas dalam 450 tahun terakhir. Ini betul-betul fenomena alam yang sangat jarang terjadi. Menurut simulasi komputer mengenai perubahan iklim, suhu dalam trimester terakhir abad ini kira-kira sama dengan musim panas 2003. Fenomena alam itu berubah menjadi standar suhu udara rata-rata hanya dalam dua generasi saja.“
Menurut Profesor Gerd Jendritzky, musim panas 2003 hanya merupakan satu contoh dampak langsung perubahan iklim pada kesehatan manusia. Contoh lainnya adalah naiknya permukaan air laut dan badai tropis yang mengancam hidup manusia. Selain dampak langsung, pemanasan global juga berdampak tidak langsung pada manusia. Akibat kemarau panjang terjadi kelangkaan air dan pangan. Dampak susulannya adalah peningkatan penyakit infeksi yang tersebar melalui bahan pangan, air dan juga perantara lainnya seperti serangga.
Manusia memiliki kemampuan untuk hidup di kawasan dengan cuaca ekstrem dan kondisi berat sekalipun. Buktinya, manusia menetap di mana-mana, mulai dari warga Afrika yang hidup di gurun Sahara sampai Eskimo di kawasan Alaska yang tertutup lapisan es abadi. Ini dimungkinan karena kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
“Manusia dapat beradaptasi, tapi kemampuan untuk menyesuaikan diri itu terbatas. Terutama orang-orang yang kondisi tubuhnya lemah karena sakit atau usia lanjut, mereka lebih rentan terhadap perubahan iklim.“
Demikian diungkap Profesor Gerd Jendritzky, dosen kehormatan di Universitas Freiburg. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa dampak perubahan iklim akan dirasakan di seluruh kawasan dunia. Hanya saja, bentuknya berbeda-beda. Kenaikkan suhu udara rata-rata misalnya lebih dirasakan di kawasan dekat kutub. Kawasan tropis dan subtropis, yaitu daerah dekat Khatulistiwa, mengalami peningkatan kelembaban udara.
Parah atau tidaknya dampak perubahan iklim pada manusia tergantung dari komponen sosial ekonominya. Imbas perubahan iklim lebih dirasakan warga miskin dan penduduk negara berkembang daripada warga kelas menengah dan negara-negara maju, kata Gerd Jendritzky. Bandingkan saja situasi di negara dan maju bila menghadapi banjir. Misalnya di Belanda. Sebagian kawasan negara kincir angin terletak di bawah permukaan laut. Tapi negara itu jarang mengalami banjir karena tanggul dan sistem kanalisasinya berfungsi baik. Sebaliknya, di Asia, banjir selalu terjadi bila musim hujan tiba.
“Sebagian Bangladesh misalnya terletak satu meter di atas permukaan laut, tapi tiap kali negara itu dihantam badai kembali terjadi banjir besar-besaran. Bila terjadi bencana kekeringan, negara-negara maju tetap dapat membeli bahan pangan di pasar dunia walau harganya melambung. Dampak perubahan iklim memang akan lebih terasa di negara berkembang dan miskin dunia.“
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 600.000 orang yang tewas akibat cuaca yang ekstrem di tahun 90an, hampir 95 persen adalah penduduk negara miskin dan berkembang. Banyak korban meninggal karena dampak tidak langsung perubahan iklim. Misalnya, akibat penyakit Malaria yang mewabah. Cuaca tertentu mendukung penyebaran nyamuk yang membawa parasit penyebab Malaria. Saat ini, penyakit tersebut masih ditemukan antara lain di Afrika, Cina, Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Sementara di kawasan Eropa, Amerika dan Australia, perubahan iklim akan membawa dampak yang berbeda. Setelah tahun 2003 cuaca ekstrem di Eropa menelan ribuan korban, pemerintah negara Eropa merumuskan kebijakan untuk mengantisipasi fenomena alam serupa.
“Cara-cara yang dapat dilakukan misalnya dengan mengubah tata kota, menambah jalur hijau dan menyesuaikan arsitektur gedung-gedung. Sebagian besar rumah adat dibangun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan iklim atau cuaca setempat. Rumah-rumah harus disesuaikan agar tahan cuaca yang esktrem, baik itu suhu sangat dingin maupun sangat panas.“
Profesor Gerd Jendritzky menambahkan, pemerintah Jerman pun menarik pelajaran dari musim panas ekstrem tahun 2003. Waktu itu, tenaga medis dan rumah sakit kewalahan karena tidak dapat menampung ribuan pasien yang mengeluh karena sakit kepala atau bahkan pingsan karena cuaca panas. Kini, Jerman memiliki semacam sistem peringatan dini untuk perubahan cuaca yang terlalu esktrem.
Gerd Jendritzky menjelaskan : “Badan Meteorologi Jerman memiliki mekanisme pengawasan dan bila mereka mendeteksi suhu udara yang sangat tinggi, maka mereka meneruskan informasi itu pada instansi dan kementerian yang bersangkutkan. Langkah berikutnya adalah rumah sakit, panti jompo dan masyarakat luas. Pemerintah Jerman belajar dari pengalaman pahit tahun 2003 bahwa di masa depan masyarakat Jerman pun rentan terhadap perubahan iklim global.“
Sumber: http://www.acehutara.go.id/cetak.php?id=157
Komentar saya:
Menurut saya dampak perubahan iklim sudah sangat jelas. Dampak tersebut bukan saja berakibat pada negara2 maju saja melainkan juga negara-negara berkembang dan maju, oleh karenanya dibutuhkan kerja keras dan peran kerjasama antar negara agar tercipta suatu penaganan yang terpadu.
























-greenpeace website 25 desember 2008
Aktivis Greenpeace melakukan aksi di kapal yang memuat minyak kelapa sawit dari indonesia yang menuju Rotterdam dengan menulis "forest crime" di lambung kapal tanker Isola Corallo. Kapal ini memuat 29000 metrik ton minyak kelapa sawit mentah dari produsen minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia, Sinar Mas dengan tujuan eropa yang telah menjadi target greenpeace selama enam minggu yang lalu dari pelabuhan Dumai, Riau
Besarkan Gambar
Rotterdam, Belanda — Hari ini Greenpeace memprotes kedatangan minyak kelapa sawit menuju Rotterdam. Para aktivis mengecat lambung kapal Isola Corallo dengan tulisan “ Forest crime” ( Kejahatan Hutan) Kapal tanker tersebut memuat minyak kelapa sawit dari Sinar Mas, produsen minyak kelapa sawit terbesar Indonesia dan telah menjadi sasaran aksi Greenpeace enam minggu lalu di Dumai, Riau.
Investigasi Greenpeace paling mutakhir (1) mengungkapkan bukti bahwa perusahaan ini menghancurkan hutan dan lahan gambut dalam skala besar di Indonesia. Sinar Mas adalah pemasok perusahaan-perusahaan multinasional seperti Nestle, Unilever, Pizza Hut dan Burger King.
"Sinar Mas adalah penjahat iklim dan hutan," kata Suzanne Kröger, Juru Kampanye Hutan, Greenpeace Belanda. "Sementara pembicaraan dengan Greenpeace terus berlangsung, Sinar Mas terus merusak hutan Indonesia yang tersisa. Sekarang saatnya bagi perusahaan seperti Nestle dan Burger King untuk secepatnya membatalkan kontrak mereka dengan Sinar Mas bila mereka tidak mau dikatakan mendukung pengrusakan hutan dunia yang tersisa yang secara drastik mempercepat memburuknya perubahan iklim."
Perusahaan seperti Unilever, yang juga membeli minyak kelapa sawit Sinar Mas, mendukung seruan Greenpeace akan moratorium akan perluasan perkebunan kelapa sawit di hutan Indonesia yang tersisa. Greenpeace percaya bahwa cara efektif bagi perusahaan-perusahaan pembeli minyak kelapa sawit menunjukkan kesungguhan mereka adalah dengan membatalkan kontrak dengan perusahaan seperti Sinar Mas yang terus merusak hutan Indonesia demi kelapa sawit.
Indonesia adalah pengemisi gas rumahkaca ketiga di dunia (setelah Cina dan Amerika Serikat) yang sebagian besar berasal dari deforestasi. Ini bukan hanya bencana bagi iklim dan bagi masyarakat adat yang penghidupannya bergantung kepada hutan, tetapi juga bagi keanekaragaman hayati yang terancam punah seperi harimau Sumatra dan orangutan.
Menurut Bustar Maitar, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, "Jutaan hektar hutan alam akan ditebangi habis dan dibakar jika Pemerintah tidak mengambil tindakan segera. Pemerintah juga harus berhenti bersikap munafik: Mereka memberi konsesi kepada perusahaan yang lama telah memiliki sejarah penghancuran hutan, dan kemudian sekarang sibuk meminta dana kepada dunia internasional untuk menyelamatkan hutan. Agar layak mendapatkan dana perlindungan hutan, pemerintah harus menunjukkan kesungguhannya memperbaiki tata-kelola (governance) hutan dengan segera memberlakukan moratorium deforestasi agar perusahaan seperti Sinar Mas berhenti membuka semua hutan sebelum dana perlindungan diterima."
Proposal "Hutan untuk Iklim" oleh Greenpeace telah dipaparkan di pertemuan iklim Poznan awal bulan ini. Dokumen itu adalah cetak biru bagi masyarakat internasional untuk memulai pendanaan bagi perlindungan hutan sebagai langkah penting untuk menangani perubahan iklim. Negara-negara seperti Indonesia berharap untuk mendapatkan kompensasi bagi usaha mereka mengurangi deforestasi, sementara itu rencana perluasan perkebunan Sinar Mas termasuk hampir 2 juta hektar hutan alam di Papua dan Papua Barat serta pengrusakan hutan di Kalimantan dan Sumatra terus berlangsung.
Komentar saya: pendapat saya adalah lagi-lagi perusak lingkungan sekaligus pelaku perubahan iklim adalah para industri-industri besar yang notabene seharusnya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Sekali lagi saya katakan dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam menindak para pengusaha-pengusaha besar yang sebenarnya menjadi pelaku perusak perubahan iklim.

“Gajah di pelupuk mata tak tampak Semut di seberang lautan nampak”

“Gajah di pelupuk mata tak tampak
Semut di seberang lautan nampak”

I. Latar Belakang
Judul di atas memang terkesan ambigu. Itulah hasil pengamatan saya disaat saya mencoba menuliskan apa yang saya amati selama 3 hari, ternyata judul diatas merupakan perwakilan yang tepat untuk sebuah tempat di JL Lathuharhari, Menteng, Jakarta Pusat. Siang dan malam terasa berbeda, baik secara situasional maupun secara administratif. Untuk lebih jelasnya akan saya bahas dan ungkap secara obyektif dalam bab Penyimpangan.
A Penyimpangan
Jalan Lathuharhari, jalan yang merupakan salah satu jalan tertua di Jakarta hingga sekarang. Jalan yang juga merupakan batas terakhir wilayah Jakarta pusat ini ternyata menyimpan sejuta misteri yang menarik untuk kita ungkap. Jalan Lathuharhari mempunya panjang jalan sekitar 2,3 KM. Di sepanjang jalan tersebut berjejer rumah-rumah mewah yang juga diselipi oleh beberapa kantor dubes seperti dubes Itali, Afganistan, dan dubes Iran. Selain itu berdiri pula Kantor Komnas HAM dan Komnas Perempuan yang terletak persis menghadap rel kereta api. Di sebelah gedung Komnas HAM terlihat Museum Ahmad Yani yang masih megah dengan koleksi mobil lama didepanya. Selain itu terdapat juga bangunan Gereja Katolik Paroki ST.Ignatius Loyola. Diantara bangunan rumah-rumah mewah yang ada ternyata “terselip” sebuah pos Polisi Lathuharhari. Ukuran pos yang kecil atau sekitar 4 x 6 meter ini membuat Pos Polisi ini luput dari penglihatan para pengendara. Walaupun Pos Polisi ini tergolong kecil, namun pasukan polisi tetap siaga 24 jam yang diselingi oleh 3 pergiliran. Jalan ini juga amat teduh karena diimbangi pohon-pohon besar yang rindang. Selain itu jalan ini juga dijadikan alternatif bagi para pengendara mobil yang ingin mencari jalan alternatif maupun mengindari peraturan 3 in 1 yang diberlakukan di JL Sudirman. Namun dua tahun belakangan ini salah satu lajur jalan dipakai untuk kendaraan Busway sehingga menimbulkan macet pada jam-jam sibuk. Selain itu JL Lathuharhary juga diapit oleh dua lajur rel kereta yang melayani jurusan Kota-Serpong. Di sebelah rel terdapat aliran sungai BKB (Banjir Kanal Barat) yang mengalir menuju Istana Negara dan bermuara di Angke Jakarta Utara. Maka tidak heran, apabila terjadi banjir di daerah lathuharhari ini maka dapat dikatakan Istana Negara juga mengalami hal yang sama.
Mobilitas orang lalu lalang juga sangat terbatas. Biasanya pada siang hari pedagang gerobak makanan yang keliling mendominasi jalan di Lathuharhari, disamping kendaraan pribadi. Pada malam hari kontras berbeda Jalan yang di siang hari terlihat lengang namun pada malam hari puluhan Perempuan Seks Komersial (PSK) menjajakan dirinya untuk para lelaki hidung belang yang ingin memakai jasanya. Biasanya kondisi tersebut dimulai dari jam 9 sampai menjelang jam 3. Hal inilah yang termasuk pelanggaran dan penyimpangan sosial. Hal ini juga didukung penerangan di malam hari terkesan minim karena lampu yang ada jaraknya terlalu berjauhan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh PSK untuk menjajakan dirinya.
Ironis memang, Jalan yang sebenarnya sangat nyaman di siang hari harus sedikit terusik oleh perempuan-perempuan nakal yang mangkal di pinggir jalan. Dari sisi Estetika jelas menggangu, secara normatif juga melanggar, dan dari sisi hukum jelas dilarang. Bukan Saja Wanita yang menjajakan dirinya, namun kaum banci juga ikut menjajakan dirinya tepat di awal ujung JL Lathuharhari atau biasanya kita sering dengar dengan sebutan banci Taman Lawang. Modus dari sistem mereka bekerja sangat terbuka hal itu bisa diperkuat dengan bagan yang saya coba buat. Bagan ini menceritakan bagaimana seseorang biasanya bertransaksi dalam melakukan prostitusi.



Keterangan:
Mami/ Germo adalah orang yang menjaga Penjaga Seks Komersial (PSK). Bisa juga dikatakan “orang tua” dalam dunia prostitusi.
Secara garis besar proses ini ingin menunjukan pada awal transaksi pelanggan harus berbicara kepada germo/ mami . Kemudian sang germo/mami akan menjelaskan situasional yang ada serta beberapa peraturan yang harus disepakati. Setelah sepakat, kemudian pelanggan akan diajak memilih perempuan yang ingin dibawa. Umur Perempuan tadi bervariasi antara kisaran 16 tahun hingga 45 tahun. Umur juga mempengaruhi harga dari sang perempuan. Setelah sepakat dengan perempuan maka tibalah sang germo akan menawarkan harga yang harus dibayar. Harga tersebut biasanya tergantung proses tawar-menawar kita. Setelah cocok dengan harga tersebut, maka pembicaraan berlanjut pada pemilihan waktu dan pemilihan tempat. Pemilihan waktu biasa disebut dengan short time atau long time. Perbedaanya jelas ada pada waktu yang dipakai. Selesai membicarakan waktu maka tiba saat pemilihan tempat. Pemilihan tempat biasanya tergantung pada pelanggan. Setelah sepakat dengan tempat maka tibalah saat untuk babak akhir yaitu, pembayaran. Biasanya pembayaran harus dimuka sebesar 70%. Setelah selesai menggunakan jasa PSK maka akan dibayarkan kepada PSK tersebut. Dari pembagian ini jelas menggambarkan bahwa sang germo/mami mendapatkan bagian 70%,sedangkan sang PSK hanya mendapatkan 30% dari pembayaran tersebut. Umumnya PSK yang ada berasal dari daerah Pantura Jawa.
Inilah kondisi JL Lathuharhari dari sudut pandang yang lain. Diamana situasi yang sangat kontras berbeda antara siang dan malam. Untuk menguatkan laporan, saya mewawancarai dua pihak yang sangat berdekatan dengan lokasi penyimpangan. Kedua pihak itu adalah Komnas HAM dan pelaku penyimpangan prostitusi sendiri.
II. Wawancara .
Berikut merupakan petikan wawancara antara penulis dengan narasumber. Narasumber dalam hal ini adalah wanita PSK.:
Penulis : Bagaimana mbak kabar hari ini?
Narasumber : baik sama seperti malam-malam sebelumnya.
Penulis : Sejak kapan mbak terjun kedalam dunia prostitusi?
Narasumber : Sejak umur 15 tahun saya sih udah melacur. Sampai sekarang umur 37
tahun.
Penulis : Bagaimana awalnya terjun ke dalam dunia ini?
Narasumber : waktu itu saya harus menghidupi keluarga saya yang udah gak punya
Orang tua jadi mau bagaimana lagi.
Penulis : siapa orang pertama kali yang mengajak anda untuk terjun ke dunia ini?
Narasumber : teman yang mengajak.
Penulis : biasanya dalam sehari dapat penghasilan berapa?
Narasumber : ya kalau hari biasa biasanya dapat Rp500.000. itu belum termasuk di potong
Jadi sehari normalnya mendapat bersih Rp200.000 kalau sabtu-minggu bisa
Mendapat dua kali lipatnya.
Penulis : sebenarnya nyaman tidak dengan pekerjaan sekarang ini?kalu boleh memilih
Pekerjaan apa yang sebenarnya diinginkan?
Narasumber : kalau saya tidak melacur , maka saya juga melenyapkan nyawa ketiga adik
Saya yang masih sekolah. Serba salah memang, namun kalau boleh memilih
Saya ingin menjadi guru. Karena itu mandat orangtua saya sebelum
Meninggal. (narasumber sambil menangis)
Penulis : Terakhir mbak, harapan kedepanya apa?
Narasumber : Saya berharap agar pemerintah mempedulikan terhadap wanita-wanita PSK
Yang sebenarya membutuhkan dukungan moril untuk keluar dari lingkaran
Setan ini. Jujur kalau seseorang sudah masuk kedalamnya, maka akan sulit
untuk keluar dari lingkaran itu.
Demikianlah wawancara saya dengan salah satu PSK yang berhasil saya wawancara. Inilah realita yang terjadi dan obyektif. Semoga pemerintah dapat mendengar aspirasi mereka
Untuk melaukan tindakan responsif saya mendatangi juga Komnas HAM yang juga terletak di JL Lathuharhary. Alasan saya mewawancarai Komnas HAM karena letak kantornya persis didepan jalan dimana kalau malam tempat mangkal PSK. Di Komnas HAM saya diterima sangat baik dan karena saya telah membuat janji untuk wawancara, maka saya berhasil mewawancarai salah satu anggota Komnas HAM. Anggota Komnas HAM sendiri terdiri dari satu ketua, dua wakil ,dan delapan Sub Komisi. Orang yang saya wawancarai adalah Bapak Yoseph Adi Prasetyo. Beliau menjabat sebagai SubKomisi pendidikan dan penyuluhan. Berikut petikan wawancara singkat saya.
Penulis : Pak Yoseph, Komnas HAM sendiri sebenarnya melihat kondisi HAM di
Indonesia sendiri seperti apa?
Narasumber : Kondisi HAM di Indonesia Khususnya berangsur baik. Sejak didirikan pada
Zaman orde baru, kasus HAM mulai mendapat perhatian dari pemerintah
Hal ini diperkuat dengan landasan hukum yang ada yaitu UU No 26/2000
Tentang Pengadilan HAM.
Penulis : kalau Jakarta contohnya, seperti realita yang ada, kasus perdagangan manusia
Dan praktek prostitusi nampaknya begitu mudahnya berjalan tanpa ada
Hambatan yang berarti. Menurut Bapak bagaimana?
Narasumber : Sebelumnya kita harus memilah-milah mana yang termasuk pelanggaran
HAM. Pelanggaran yang dimaksud ini adalah penyiksaan,terorisme,
Kejahatan yang terorganisir,Genosida,pelanggaran hak dasar dan
kejahatan perang. Dalam hal ini prostitusi termasuk perampasan Hak
perempuan.Sejatinya negara memiliki tiga aspek
penting yaitu, penghormatan, tindakan, dan kewajiban. Sedangkan individu
memiliki satu aspke mutlak yaitu, penghormatan. Apabila salah satu dari
aspek tersebut dilanggar , maka otomatis hal tersebut sudah dikatakan
sebagai pelanggaran HAM. Dalam hal ini prostitusi termasuk perampasan
Hak perempuan. Dalam hal ini memang terlanggar hak seseorang yang
melacurkan dirinya untuk mendapatkan uang. Kalau Komnas HAM melarang
seseorang untuk berhenti melacur, maka hak untuk mendapat pekerjaan
seseorang juga dirampas. Seharusnya pemerintah wajib membiayai hak dasar
untuk hidup seorang warga negara. Maka ketika kita berbicara mengenai
prostitusi maka permasalahnya akan sangat subyektif dan kompleks karena
ini menyangkut individu masing-masing. Apalagi Komnas HAM memiliki
wewenanang yang sangat terbatas yaitu tahap penyidikan sampai tahap
rekomendasi kepada instansi-instansi terkait seuai dengan pelanggaran HAM
yang ada. Hal ini masih didukung lagi dimana Komnas HAM tidak memiliki
kewajiban untuk penduplikasian kasus. Maksudnya apabila suatu pelanggaran
HAM sudah ditangani oleh instansi lain maka tugas Komnas HAM hanya
Sebatas sebagai pengawas atau sebagai tim Advokasi terhadap kasus
Pelanggaran HAM yang terjadi.
III. Analisa
Secara garis besar jelas bahwa prostitusi tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Strata ekonomi yang jauh berbeda membuat kesenjangan ekonomi begitu terasa di Jakarta. Contohnya Kita dengan mudahnya melihat orang-orang kaya yang tinggal di Apartemen. Namun yang disayangkan dalam proses pembuatanya ternyata mengorbankan rakyat kecil yang harus digusur misalnya. Ini juga merupakan potret buruk kaum borjuis di negara kita yang belum bisa memberikan teladan bagi kaum pluralis.
Menurut jumlah pelakunya prostitusi yang terjadi di sepanjang JL Latuharhary merupakan kelompok kejahatan penyimpangan kelompok yang terorganisir. Bagaimana tidak, kelompok yang terdiri dari pedagang minuman, PSK, sopir taksi,sopir bajai, preman, dan bahkan sampai polisi sendiri sebagai aparat pengendali sosial nampaknya juga berperan besar dalam hal ini. Realita yang terjadi di lapangan adalah pos Polisi yang terletak di depan tempat pelacuran itu tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini sungguh tragis dan sekali lagi menandakan bahwa ketikdakmampuan aparat untuk menghadapi mafia prostitusi yang sudah terorganisir dengan rapih. Secara administratif jelas bahwa peran Polisi layak dipertanyakan . namun biasanya kalau sudah menyangkut prostitusi maka lempar-lemparan tanggung jawab menjadi hal yang lumrah. Polisi tidak bertanggung jawab karena hal ini merupakan tanggung jawab Satpol PP dan petugas dinas sosial, namun realitanya prostitusi tersebut sudah menggangu kepentingan umum dan pemakaian Rel kereta sebagai tempat mangkal para PSK nampaknya sudah menyalahi aturan yang ada, dimana tempat-tempat umum harus bebas dari prostitusi, MIRAS ,dan lain-lain. Karena pada dasarnya tempat umum ini dipeuntukan untuk kepentingan bersama, maka apabila fungsi dari kepentingan umum tersebut sudah hilang, menjadi tugas aparatlah untuk mengembalikannya ke fungsi semula.
Terbentuknya perilaku menyimpang diakibatkan oleh proses sosialisasi yang tidak sempurna, dimana peran agen sosiologi dalam masyarakat seperti keluarga, teman, lingkungan sekitar, dan media massa. Apa yang diajarkan keluarga mungkin malahan bertolak belakang dengan nilai-nilai yang seharusnya diajarkan oleh keluarga. Contoh seorang bapak yang sedang merokok tiba-tiba menasehati anaknya untuk tidak merokok. Disinilah sebenarnya peran dari sekolah untuk menanamkan nilai-nilai/ norma-norma dasar dalam kehidupan masyarakat. Media massa juga berperan andil besar terhadap prostitusi ini. Contohnya penayangan sinetron yang menampilkan dimana wanita-wanita PSK hidupnya mewah, glamor, dan penuh kebebasan. Hal ini yang mendorong seseorang untuk menirukanya. Ditambah lagi pengetauhan yang mini serta keterbatasan latar belakang pendidikan. Proses sosialisasi yang tidak sempurna ini antara lain disebabkan oileh:
1. Terjadinya disorganisasi keluarga, dimana perpecahan dalam keluarga sebagai satu unit karena masing-masing anggota keluarga gagal memenuhi kewajibanya sesuai dengan peranya.
2. Peperangan yang mengakibatkan disorganisasi keluarga dalam berbgai aspek kemasyarakatan. Nilai dan norma sering tidak berfungsi dalam keadaan masyarakat yang kacau sehingga banyak sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Yang saya sayangkan dari prostitusi ini adalah persepsi orang mengenai tempat tersebut. Maksudnya adalah kondisi JL Latuharhay yang merupakan kawasan menteng dikenal sebagai daerah elit dan rindang. Namun kalau Jl Lathuharhay dijadikan sebagai kawasan prostitusi maka persepsi orang akan menteng sebagai hunian yang elit dan rindang akan hilang. Apalagi di daerah Menteng terdapat rumah-rumah dubes dari negara-negara sahabat. Hal ini juga akan menjadi potret yang buruk bagi mereka orang luar.
IV. Solusi
Setelah kita telah membahas, berargumentasi dan mendeskripsikan mengenai kondisi JL Lathuharhari, maka kita juga harus memberikan solusi agar permasalahan ini tidak berlarut dan berangsur pulih. Solusi yang dipakai dapat dilakukan dua macam,yaitu :
1. Cara persuasif
cara ini bertujuan apabila pengendalian sosial ditekankan pada usaha untuk mengajak dan membimbing. Solusi tersebut diantaranya:
- Memberikan penyuluhan kepada para PSK tentang bagaimana bahaya dari Seks bebas
- Berdialog dengan para PSK mengenai apa yang diinginkan oleh mereka agar bersedia pindah dari lokasi tersebut
- Memberdayakan aparat yang ada agar bekerja lebih maksimal
- Memberikan pekerjaan / modal agar para PSK dapat berwirasuasta dan tidak menjadi PSK lagi.
2. Cara koersif
Cara ini dilakukan apabila pengendalian sosial ditekankan pada kekerasan atau ancaman dengan mengunakan fisik. Solusi tersebut diantarnya:
- Melakukan razia secara rutin terhadap para PSK yang mangkal di daerah tersebut
- Merelokasi tempat mereka ke tempat yang baru atau memusnahkan gubuk-gubuk liar yang dipakai sebgai tempat mesum
- Memberikan sangsi pidana yang tegas terhadap pelanggaran prostitusi
- Melakukan rehabilitasi atau memasukanya kepada penampungan-penampungan sementara untuk diberi penyuluhan agar tidak bekerja lagi sebagai PSK
V. Kesimpulan

Kalau kita berbicara mengenai prostitusi maka ada banyak hal yang mempengaruhinya. Prostitusi menjadi gamblang apabila kita melihatnya secara nyata di lapangan dan menjadi tabu apabila berusaha menutup-nutupinya. Namun perlu diingat bahwa prostitusi merupakan bisnis dan sumber pekerjaan utama bagi ribuan orang yang ada di dalamnya. 90 % pelaku prostitusi mengantungan hidup dan keluarganya terhadap pekerjaan ini. Apa kita tega melarangnya? Serba salah memang karena tidak ada satu agamapun di dunia yang melegalkan prostitusi. Dalam hal ini norma agama bertentangan dengan norma kebutuhan hidup. Uang seakan menjadi segalanya . namun melihat realita yang terjadi nampaknya uang dijadikan sebgai dewa baru bagi manusia umumnya pada era masa kini. Demikianlah laporan saya semoga dapat membantu untuk kita jadikan perenungan bersama apakah prostitusi dilarang dengan konsekuensinya ribuan orang terancam tuna wisma atau tetap membiarkan bisnis haram ini tetap jalan dengan mengsampingkan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat? Apapun jawabanya tidak ada salah atupun benar karena masalah prostitusi menurut saya kembali kepada subyektif perorangan, karena tiap individu pada hakekatnya diciptakan sebagai manusia bebas namun seharusnya bebas dalam artian tetap pada aturan-aturan yang ada.

Hutan itu menunggu Moratorium



-Climate change,Jakarta. Beberapa tahun terakhir masalah ini menjadi pembicaraan dunia. Dua pulau Bali diibaratkan hilang tiap tahunya di Indonesia akibat penebangan hutan yang tidak terkendali. Banyak kebijakan pemerintah Indonesia yang sudah dikeluarkan namun tidak teraplikasi secara kongrit.

Penganalogian diatas bukan hitung-hitungan asal. Menurut beberapa sumber LSM seperti Walhi,Greenpeace,WWF,dll hutan di Indonesia mengalami penyusutan terbesar di dunia. Betapa tidak , setiap menitnya tanpa kita sadari luas hutan di Indonesia hilang seluas 3 lapangan sepakbola. Akibat yang ditimbulkan bukan saja hilangnya pohon-pohon besar ,namun juga berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati,resapan air yang semakin berkurang,bencana alam, dan yang terpenting adalah hilangnya sumber air bersih dan paru-paru dunia. kalau sudah demikian,siapakah pihak yang harus disalahkan ? Pemerintah sebagai penyedia kebijakan? Pelaku bisnis hutan? atau malah kita yang tidak peduli dengan lingkungan di sekitar kita? Jawabanya tentu ada pada kita masing-masing. Namun bila kita telaah lebih jauh tampaknya para pelaku industri kayu dan pemerintahlah yang bertanggung jawab atas kerusakan hutan di Indonesia saat ini. Para pengusaha kayu yang diberi izin untuk melakukan penebangan hutan sering kali melebihi kouta yang ditetapkan,bahkan ada pengusaha kayu nakal yang menyogok “elite senayan” untuk memakai hutan lindung/Taman nasional yang seharusnya dijadikan sebagai cagar ekosistem lingkungan hidup di Indonesia. Namun ironisnya, Pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung dari hutan-hutan yang gundul itu, malahan berperan menjadi partner mengguntungkan bagi para ilegal loging. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah hanyalah stimulus sementara. Bagaimana mau mencangkan menanam berjuta-juta pohon kalau pemerintah masih memberi ruang kepada para pelaku nakal penebangan kayu? Sedangkan menanam pohon butuh waktu 50 tahun lebih agar pohon itu layak untuk ditebang. Kalau begitu, kita sebagai generasi muda seharusnya menjadi generasi penggerak perubahan karena anak-anak muda akan mewarisi hutan yang sekarang ini sedang sakit. Kita harus berani untuk menjadi oposisi pemerintah dan menyerukan “Moratorium hutan Indonesia untuk masa dpan yang lebih baik” . (bm)
Nama : bimo aditya
Kelas: X.1/25

Pemprov DKI VS PT KAI

Jakarta, gonzaga- Teman-teman muda ternyata yang namanya tanggung jawab susah lo. Buktinya para abdi negara juga bisa lempar tanggung jawab , padahal itu menyangkut kepentingan banyak orang, termasuk kita bos anak muda. mau tau ceritanya? Nih berikut hasil laporanya.

Gini guys baru aja gw ngeliput gimana kondisi stasiun kebayoran yang terletak di daerah kebayoran baru, Jakarta Barat. Ternyata sebagai anak muda kita perlu tau juga lo tentang kereta api yang ada di Jabodetabek. Kenapa? Coba bayangin kalau gak ada kendaraan pribadi kita bingung deh mau naik apa. Nah berhubung hal itu, gw cobain kereta api jurusan Tanah Abang- Rangkas bitung. Dan hasilnya?ehm… masih jauh sih dari kata nyaman. Buktinya apa ?nih dari mulai penerangan lampu, kipas angin, sampe pegangan tangan udah gak ada semua. Kemana ya barang-barang itu ?ehmmm pasti diambil sama orang-orang tidak bertanggung jawab. Selain itu gerbong kereta yang harusnya sterlil dari pedagang asongan dan pengamen realitanya di kereta sangat banyak bahkan menggangu kenyaman kereta. masih berserakan juga nampaknya Kalau kata seorang penumpang nih “namanya juga kereta rakyat mas, orang sapi aja boleh dinaikin, jadi wajar-wajar aja”. Nah rasanya gak pas kalu cuman nilai kereta apinya juga gimana dengan kondisi stasiunya? Dari tujuh stasiun yang ada pada jalur Sudirman-Rangkas bitung hanya Stasiun Sudirman dan Serpong yang relatif bagus. Maklum dari kedua stasiun ini orang kerja banyak naik dan turun. Oleh karena itu, gw ngambil contoh Stasiun Kebayoran. Berikut petikan wawancara dengan Kepala Stasiun Kebayoran, Bapak Isroyadi.
(P): Pak bisa ceritakan sedikit bagaimana sejarah Stasiun Kebayoran ini?
(N) : Jadi sebenarnya tidak ada sejarah pasti bagaimana berdirinya Stasiun ini. Stasiun ini merupakan salah satu peninggalan hindia Belanda dan usinya sudah hampir satu abad.
(P): ohhh gitu pak, kalau sekarang kondisi fisik stasiunya seperti apa?
(N): kendala utama terdapat pada perawatan Stasiun yang mahal, sedangkat Pusat hanya membiayai pengecatan dan penggantian kursi saja.
(P): kalu soal sterilisasi stasiun gimana pak?
(N): itu yang menjadi polemik, kita seperti adu kuat dengan Pemprof DKI. Kalau kita gusur mereka, maka mereka akan tinggal di tanah milik Pemprov DKI. Begitu sebaliknya , akhirnya saya harus jujur seperti ada lempar tanggung jawab antara Pemprov dengan PT KAI.
Wah kalo udah kaya gitu kayanya sulit ya nentuin yang bener sama yang salah. Lebih baik kita sebagai anak muda harus selalu bisa bertanggung jawab dari hal-hal yang kecil supaya kita terbiasa dan tidak menjadi manusia yang suka menunjuk orang daripada menunjuk orang lain. Selamat mencoba guys..

Sabtu, 15 Agustus 2009

wawancara bahasa

Laporan Bahasa Indonesia
”Petugas Pembersih Jalanan
Guru pengampu:
Ibu Irma


Disusun oleh:
Nama : Plasidus Bimo Aditya
Kelas/ no: XIS2/20






SMA Gonzaga
Jakarta
2009


kisah Si Pembersih Jalanan

Dinginnya angin masih terasa di tubuh. Udara pun masih segar terasa. Tak terlalu banyak asap di jalan, karena memang belum banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Matahari pun belum sepenuhnya muncul di langit. Ketika semua masih terlihat gelap, Yuyu Wahyudin sudah berada di jalanan dengan “bekalnya” setiap hari, sapu lidi besar dan gerobak sampah.

Ujung-ujung sapu lidi itu mulai disentuhkan ke jalanan dan mulai menggeser sampah-sampah yang ada di pinggiran jalan. Setiap hari, dari pukul 05.00 wib sampai pukul 10.00 wib, pria yang memakai baju seragam kuning dari Dinas Kebersihan ini berjalan menelusuri pinggiran jalan perempatan Manggarai sampai depan Pasar Rumput. Jalanan yang tadinya penuh dengan sampah yang berserakan, kemudian menjadi lebih bersih dari sebelumnya. Walaupun terkena debu dan bergelut dengan sampah, ia tetap melakukan pekerjaannya

Itulah pekerjaan Yuyu Wahyudin selama sembilan bulan terakhir ini. Demi menghidupi seorang isteri dan tiga orang anaknya, ia harus sabar melakukan pekerjaannya ini. Gajinya tidaklah besar. Hanya Rp320.000 per bulannya. Dengan gaji yang seadanya ini ia harus tetap bisa menghidupi dirinya dan keluarga.

Sebagai pegawai honorer, ia masih beruntung masih dapat menyekolahkan anak-anaknya. Walaupun anak pertanmanya, yang baru saja lulus dari SLTP belum dapat melanjutkan pendidikannnya itu. “Saya tidak ada biaya. Belum cukup untuk melanjutkan sekolah anak saya yang pertama. Adik-adiknya juga masih butuh biaya untuk sekolah. Sekarang anak ke dua saya baru kelas 5 SD, dan yang ke tiga baru kelas 1 SD,” tuturnya.
Dengan gaji yang kecil itu, pastilah sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Karena itu, selain menjadi penyapu jalananan ia pun menjadi penjual sepatu bola keliling. Dan untuk menyalurkan hobinya, terkadang ia mejadi pelatih sepak bola untuk para pedagang di Tegallega. Sambil melatih, ia pun membawa dagangan sepatunya untuk ditawarkan dan dijual pada teman-temannnya itu.

Walaupun pekerjaanya selalu bergelut dengan sampah dan polusi udara, yang dapat mengganggu kesehatannya, sebagai pegawai honorer ia masih belum mendapatkan asuransi kesehatan. “Wah, kalau itu masih belum dapat. Kan saya masih honorer. Mungkin nanti setelah dua tahun bekerja akan ada perubahan. Dan kalau bisa sih gajinya dianikkan lagi lah,” harap pria kelahiran 10 November 1974 ini.
Dari kisah pak Yuyu kita belajar bahwa suatu perjuangan keras demi pencapaian sesuatu meurapakan hal yang mutlak bagi siapapun yang ingin berhasil. Walaupun hidup serba keterbatasan Yuyu selalu bersyukur mengenai apa yang telah ia dapat. Banyak nilai-nilai kehidupan yang telah aku dapat. Salah satunya adalah bagaimana tidak cepat mengeluh dan berjuang keras demi pencapaqian sesuatu. Mentalitas inilah yang harus kutiru demi mennyelesaikan studiku di SMA Gonzaga. Dalam kerja keras itulah kita memberikan kemampuan terbaik yang kita miliki, dan setelah itu kita boleh berharap akan hasil yang memuaskan. Hari ini kita belajar lagi mengenai nilai hidup dari seorang Yuyu Wahyudin petugas penyapu jalanan. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi kita bersama.

Senin, 27 Juli 2009

hasil revolusi industri perancis

26 Bukti/Fakta Penyebab GLOBAL WARNING!!

1) 18% Produksi ternak bertanggung jawab terhadap emisi GHG global dari seluruh akitivitas manusia. (Laporan FAO 2006: Livestock Long Shadow)

2) 70% tanah dari pembukaan hutan di Amerika Selatan digunakan untuk produksi ternak
(http://afp. google.com/ article/ALeqM5i3 amXGwXSFd3n2DiXV X62yZa0MRw)

3) 20% Energi dari makanan yang diolah tubuh kita untuk bekerja, sisanya, 80%, dijadikan panas tubuh yang dibuang ke lingkungan. Efisiensi energi tubuh manusia antara 17% (orang tua) hingga 23% (olahragawan kelas dunia). (Dean Heerwagen, “Passive and Active Environmental Controls”, McGraw-Hill Professional, 2003, h.36.)

4) 36,5 kg CO2 Sumbangan gas rumah kaca penyebab pemanasan global oleh 1 kg daging, setara dengan mobil eropa yang berjalan sejauh 250 km, atau energi fosil untuk menyalakan lampu 100 watt selama 20 hari. (Animal Science Journal, DOI: 10.1111/1740- 929.2007. 00457.x.)

5) 7 meter Kenaikan air laut bila es di kutub dan gletser di pegunungan mencair akibat pemanasan global.

6) 100 juta ton Tangkapan ikan global pertahun yang terbuang sia-sia (tak dikonsumsi, terjaring percuma). (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007)

7) 40 juta ekor Ikan hiu yang dibunuh pertahun hanya untuk diambil sirip-nya. (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007)

8) 90% Spesies laut yang hilang sejak tahun 1900 akibat eksploitasi. (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007)

9) 1000 gigaton Karbon yang tertahan lapisan beku (permafrost), lebih banyak dari di
atmosfir (700 Gt) dan seluruh tumbuhan (650 Gt). Umat manusia melepas 6,5 Gt/tahun.
Lapisan beku telah mulai mencair dan mulai melepas karbon dalam bentuk CO2 dan NH4 ke atmosfir. (Joel K. Bourne, “Change is Here”, National Geographic, June 22, 2008)

10) 77% Kematian di negara maju oleh penyakit kardiovaskular dan kanker yang berhubungan erat dengan pola makan (14% oleh penyakit menular, 9% oleh kecelakaan). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.29)

11) 55% Kematian di negara berkembang oleh penyakit menular seperti HIV/AIDS, diare dan pernapasan (37% oleh penyakit noninfeksi, 8% oleh kecelakaan). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.29)

12) 15 juta km2 Lahan pertanian untuk pangan di dunia. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.38)

13)30 juta km2 Lahan penggembalaan ternak. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”,
National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.38)

14) 30 miliar dollar AS Subsidi setiap tahun untuk industri perikanan. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.40)

15) 16.000 liter Air yang digunakan untuk memproduksi 1 kg daging (1 kg nasi perlu 3.400 liter, 1 kg daging ayam 3.900 liter, 1 kg daging babi 4.800 liter, 1 buah hamburger 2.400 li-ter). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.48); dari sumber Hoekstra/Champagain , 2008. www.waterfootprint.org)

16) 77 juta ton Protein nabati yang dapat dimakan manusia tetapi diberikan ke ternak. Sebaliknya, ternak hanya memberi 58 juta ton protein untuk manusia. (Henning Steinfield, dkk., h.294)

17) 60 miliar hewan yang digunakan untuk memproduksi daging serta produk-produk susu
setiap tahunnya. Sedangkan populasi manusia saat ini sekitar 6,7 miliar.

18) 465 juta ton Kebutuhan daging dunia tahun 2050, dua kali lipat dari kebutuhan tahun 1990, 229 juta ton.

19) 1.043 juta ton Kebutuhan susu dunia tahun 2050, bandingkan dengan 580 juta ton di tahun 1999. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.48)

20) 2,4 triliun ton per tahun CO2 yang ditambahkan ke udara akibat perubahan tanah yang berhubungan dengan peternakan.

21) 987 juta orang Jumlah kaum miskin yang berhubungan dengan kegiatan peternakan.

22) 1,3 miliar orang Jumlah manusia yang berhubungan dengan produksi peternakan (20%
populasi dunia).

23) 4,6% Air bersih di dunia yang digunakan untuk ternak. (Lester R. Brown, ”Plan B.30 – Mobilizing to Save Civilization”, The Earth Policy Institute, 2008.)

24) 10,7 triliun rupiah Subsidi pupuk kimia untuk tahun 2009 yang mendorong pemerintah mendukung pupuk organik dan menggalakkan usaha peternakan sapi melalui tawaran suku bunga kredit ringan. (Usaha Pembibitan Sapi Mendapat Fasilitas Khusus”, Kompas, 28 Juni 2008)

25) 260 tahun Waktu habisnya persediaan minyak fosil dunia bila semua orang bervegetarian. Jika seluruh manusia makan daging, dalam 13 tahun minyak fosil dunia
habis. (www.eatveg.com ; 30/8/8)

26) 125 ton/detik Berat kotoran seluruh ternak di Amerika. Bandingkan dengan 6 ton/detik feses yang dihasilkan oleh seluruh penduduk Amerika. (www.eatveg.com ; 30/8/8)

liburan sekolahku

Belajar,berlibur, dan bekerja
(Jakarta 27/07)-Masa liburan sekolah yang panjang biasanya diisi dengan berpergian dengan keluarga atau sekedar hangout dengan teman atau pacar. Hal itu juga terpikirkan olehku. Namun terkadang tuhan punya rencana lain bagiku. Inilah pengalaman liburanku yang tidak akan aku lupakan.

T
epat 5 juni 2009 silam, ketika jariku sedang asik dengan teman cating dengan teman baruku, tiba-tiba terlintas di benaku untuk membuka rubrik kompas muda yang memang terbit setiap jumaat. Ternyata di salah satu sudut rubrik kompas muda tersebut, aku melihat terdapat lowongan magang dalam rangka mengisi liburan. Ada 3 posisi yang ditawarkan, diantaranya adalah Fotografer, Reporter, dan illustrator. Aku berfikir sejenak. Setelah berfikir, aku tertarik untuk mengikuti program ini. Alasanya sederhana, yaitu menyalurkan hobiku menulis. Setelah melewati berbagai seleksi dan proses wawancara layaknya proses sebuah wartawan yang ingin bekerja di kompas, tepat hari jumaat
18 juni 2009 namaku terpampang pada rubrik kompas muda. Ada 28 magangers (sebutan wartawan magang kompas muda) yang juga lolos dalam program ini. Ke-28 magangers tersebut terbagi atas reporter,illustrator,dan fotografer. Aku mulai bekerja magang dari tanggal 22 juni- 18 juli 2009, dengan hari kerja senin – jumaat . namun tak jarang hari sabtu dipergunakan untuk berbagai keperluan kerja.
Tuhan memberikan kekuatan lebih
Sebelum masuk hari pertamaku magang di kompas, aku disubukan acara LDP Mentor yang diadakan 18 – 20 juni 2009 di waduk jatiluhur, purwakarta. Hari minggu 20 juni sedianya menurut jadwal,aku sampai kembali ke Jakarta pukul 15.00 ternyata meleset hingga pukul 18.00 petang. Setelah menurunkan tas carier dan berfoto dengan teman, baru tibalah aku di rumah pukul 20.30. Badan pegal dan pikiran yang yang masih lelah sempat mengurungkan pikiranku untuk memulai bekerja keeseokan harinya. Hal itu masih diperburuk dengan harusnya mencuci bajuku sendiri karena keluarga dan pembantuku sedang berada di Jogja menghadiri peringatan 1000 hari wafatnya kakeku. Namun senin 22 junu 2009 saat mataku terbangun melihat cahaya matahari yang sudah masuk ke dalam kamarku, badanku terasa segar. Rasa pegal dan lelah sehari sebelumnya seakan hilang dan lenyap begitu saja. Aku rasa tuhan baru saja memberikan semangat baru dalam menyambut hari itu.
Senin 22 juli 2009 kumulai peruntunganku di gedung kompas-gramedia Palmerah,Jakarta pusat. Layaknya seorang siswa baru, begitu juga yang aku rasakan selama minggu pertama aku bekerja di kompas. Teman baru, suasana bekerja, mengejar deadline, dan pulang malam adalah pengalaman yang aku alami dalam minggu pertama. Mendengar teori jurnalisme dasar yang diberikan para “papa kompas” (sebutan wartawan senior di kompas) yang disampaikan selama tiga hari. Dua hari kemudian diisi dengan menempel dengan wartawan kompas. Tujuanya adalah agar para peserta terjun langsung ke lapangan melihat secara real kerja para kuli tinta. Banyak cerita seru yang diutarakan teman-temanku. Dari mulai makan bersama menteri sampai melihat mayat di rumah sakit adalah dinamika pengalaman yang susah dilupakan. Bagaimana denganku? Aku sendiri mendapat wartwan Nely Triana, wartawan yang sehari-hari berada pada desk metropolitan. Selama ikut dengan beliau, aku ikut meliput pelayanan transportasi public di Jakarta.
Gonzaga sahabat PL
Kamis 25 juli 2009, para magangers dibagi dalam lima kelompok. Dalam satu kelompok diisi oleh satu fotografer dan illustrator,dan dua reporter. Masing-masing kelompok diberi waktu satu hari untuk membuat proposal laporan liputan yang akan diterbitkan hari jumaat minggu depan. Dalam tiap kelompok ada satu orang yang ditunjuk sebagai pimpinan redaksi (pimred) kelompok. Ada yang menarik dalam kelompoku. Tiga sekolah besar bisa bersatu, walaupun bila melihat latar belakang sekolah masing-masing. Aku dari Gonzaga, sahabtku Rino dari PL, dan Stefanus sebagai Pimred dari CC, sedangkan dua lainya dari SMA31 dan SMA Marsudirini. Ternyata pandangan sebagian orang yang menyebutkan bahwa anak Gonz tidak bisa bekerja sama dengan PL salah besar. Pengalamanku diatas menunjukan secara nyata bahwa kerja sama yang kubangun berjalan baik dan mendapatkan hasil yang bagus. Kelompok kami mengangkat permainan igo dari Jepang yang kami anggap layak diinformasikan kepada para putaubers(sebutan bagi para anak SMA dalam rubrik kompas muda). Jumaat esok harinya menjadi hari yang tegang bagi seluruh para magangers. Maklum proposal yang sudah kami buat ditentukan pada presentasi hari itu. Dan lebih tegangnya lagi putusan diterima atau tidaknya proposal kami ditentukan langsung oleh mas Budiman, selaku pimpinan redaksi harian Kompas. Satu persatu masing-masing kelompok menampilkan presentasinya. Setiap kelompok langsung dikomentari dan diputuskan oleh mas budiman beserta wartawan kompas muda lainya. Dari lima kelompok yang ada, kelompoku salah satu dari tiga kelompok yang ditrima proposalnya dan langsung mendapat surat tugas yang artinya diizinkan untuk meliput berita. Ada dua kelompok yang harus merevisi proposalnya dan mempresentasikanya keesokan harinya. Minggu ke-2 magang, kuhabiskan waktuku untuk meliput ke pusat kebudayaan Jepang, Dubes jepang, dan bertemu narasumber di berbagai tempat.
Kamis 2 Juli 2009 adalah deadline waktu terakhir untuk menyerahkan hasil laporan satu halaman Koran penuh. Semua kelompok berhasil menempati tenggat deadline yang diberikan. Lega rasanya bisa menyelesaikan tugas dalam satu tim. Saatnya beristirahat untuk bersiap tugas baru pada minggu terakhir magang.
Minggu terakhir magang akhirnya tiba. Waktu terasa begitu cepat. Disaat para magangers semakin kompak satu dengan lainya, waktu harus memotong tali persahabatan tersebut. Sama seperti minggu sebelumnya minggu terakhir kami diberi tugas untuk membuat proposal terakhir sebagai liputan hari jumaat. Ada perbedaan pada pembuatan liputan kali ini. Jumlah magangers tiap kelompoknya berjumlah 10 orang, sehingga hanya ada tiga kelompok besar. Presntasi dimulai, berbeda dengan presentasi sebelumnya yang dipimpin langsung oleh pimpinan redaksi kompas, kali ini presentasi dipimpin oleh mbak cipi, selaku kepala desk kompas MuDA. Kelompoku meliput tentang fenomena anak sekolah yang sudah mempunyai bisnis vs anak jalanan bekerja. Banyak pengalaman baru yang didapat kali ini. Mewawancarai kak Seto Mulyadi (ketua Komnas anak) sampai anak jalanan yang ternyata juga mempunyai impian adalah hal luar biasa. “ masalah anak jalanan tidak akan berhenti kalau kita tidak mempunyai social responsibility dan merubah paradigma dari mengasiani menjadi dikasiani”. Kutipan diatas merupakan pernayataan kak seto yang sampai detik ini masih saya ingat.
Program magang akhirnya mencapai babak akhir. Sabtu 11 juli 2009 para magangers dilantik dan dikukuhkan masuk ke dalam keluarga besar Kompas. Bertempat di Lounge XXI Plasa Senayan, para magangers diberikan sertifikat magang dan berbagai voucher nonton XXI dan Dufan, ancol. Suasana kegembiraan sabtu itu bukanlah perpisahan kami para magangers, namun babak baru dimana aku dibuka wawasan baru mengenai jurnalisme sesungguhnya. Sabtu itu juga menutup petualangan liburanku yang menyenangkan.
Pengalaman maganng selama liburan memberikanku wawasan baru mengenai dunia jurnalisme. Pelajaran humaniora yang kudapatkan dari sebuah media besar seperti kompas membuat cakrawala berfikirku berkembang. Melihat dinamika masyarakat secara langsung dan nyata. Aku berharap agar pengalamanku ini menjadi inspirasi bagi para pembaca di kemudian hari. Ad Maiorem Dei Gloriam. (Bimo aditya XIS2)